Detail Publikasi Jurnal

0 komentar
ANALISIS FILOSOFIS TENTANG DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
blog
Keterangan & diskripsi gambar

A.   PENDAHULUAN

Pendidikan adalah proses ganda, bagian pertamanya adalah melibatkan masuknya unit-unit makna suatu objek pengetahuan ke dalam jiwa seseorang dan yang kedua melibatkan sampainya jiwa pada unit-unit makna tersebut[1]. Untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan dalam pendidikan, jelas diperlukan adanya jalan atau sarana yang dapat mengantarkan pada tujuan tersebut. Adapun sarana atau jalan dalam istilah pendidikan sering disebut dengan kurukulum.

Nasution menyatakan bahwa kurikulum dalam pendidikan merupakan desain, blue print, atau a plan for learning dalam linkup pendidikan yang bermuara pada komponen-komponen pembelajaran yang dilakukan melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan, dan penyempurnaan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama kegiatan pengembangan tersebut[2]. Disadari atau tidak, konsep kurikulum yang ada di pendidikan kita saat ini lebih berkiblat ke Barat (Amerika & Eropa), hal tersebut karena adanya anggapan bahwa mereka lebih cerdas dan cepat dalam membaca peluang yang berkembang sehingga melahirkan inovasi-inovasi baru sebagi terobosan dalam bidang pendidikan. Jauh di balik itu, pendidikan kita saat ini masih saja disibukkan dengan pencarian konsep kurikulum yang seperti apa yang sesuai dengan dan relevan dengan kondisi pendidikan kita saat ini.

Hampir dalam setiap jangka 10 tahun sekali kurikulum mengalami perubahan, akan tetapi outcome-nya masih jauh dari harapan, bahkan sebagian ahli pendidikan mengatakan bahwa pendidikan kita dianggap gagal. Memang perubahan atau pengembangan perlu dilakukan, namun konsep perubahan itu jangan mengesampingkan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa.

[3]Begitu juga dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ikut menjadi korban perubahan dalam pelaksanaannya. Padahal pendidikan Agama Islam mempunyai tempat yang sangat strategis pada semua jalur dari jenjang pendidikan persekolahan. Pendidikan Agama merupakan bidang ajaran kajian yang sangat penting dan fundamental dalam pembentukan manusia secara utuh, yaitu manusia yang berkembang akalnya, berwawasan ilmu pengetahuan tinggi, cerdas dan terampil, berakhlak  mulia  berkepribadian, memiliki semangat kebangsaan dan kegotong royongan. Pendidikan Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai tata nilai, pedoman, pembimbing dan pendorong atau penggerak untuk mencapai kualitas hidup yang lebih layak.

Berangkat dari uraian di atas, agama wajib diketahui, dipahami, diyakini, dan diamalkan, sehingga menjadi dasar kepribadian bangsa Indonesia. Amir Faisal(1995 : 277), berpendapat bahwa "Pendidikan Agama Islam memberikan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan sarana pengembangan dan pengendalian diri yang sangat penting". Ajaran Agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam atau makhluk lainnya yang menjamin keserasian dan keseimbangan dalam hidup manusia, baik sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kualitas kehidupan lahir dan batin.

Pemerintah menempatkan pendidikan agama sebagai khasanah bangsa yang harus dilestarikan dan ditumbuh kembangkan dikalangan generasi muda. Dalam setiap jenjang pendidikan, agama menjadi mata pelajaran yang wajib di ajarkan pada setiap jenjang pendidikan persekolahan, tanpa kecuali. Tuntunan kearah itu cukup alasan untuk mengiring proses pendidikan Agama agar mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kepribadian siswa sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Berangkat dari permasalahan ini, maka dalam penyusunan paper ini penulis lebih lanjut akan membahas tentang Analisis Filosofis Tentang Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Model Makro Romizowsky. Adapun fokus pembahasannya adalah:

1.    Bagaimana konsep dasar kurikulum secara umum?

2.    Bagaimana desain pengembangan kurikulum model makro romizowsky?

3.    Bagaimana hasil analisis dari model makro romizowsky bila diterapkan dalam pendidikan Islam?

B.   PEMBAHASAN

1.     Konsep Dasar Kurikulum

a.      Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam

Istilah kurikulum ysng berasal dari bahasa latin "currculum" semula berarti a running course, or race course, especialy a chariot race course dan terdapat pula dalam bahasa Prancis "courier" artinya to run yaitu berlari. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah[4]. Sedangkan dalam bahasa Arab, istilah kurikulum sering disebut al-manhaj. Dalam hubungan ini, Mohammad al-Toumy al-Syaibani mengemukakan sebagai berikut.

Adapun tentang pengertian kurikulum dalam pendidikan, maka bila kita kembali kepada kamus-kamus bahasa Arab, maka kita dapati kata-kata "manhaj" (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui manusia dalam berbagai kehidupan. Sekian banyak pengertian kosa kata tentang kurikulum, dari segi bahasa ini dapat diartikan bahwa kurikulum adalah rencana atau bahasan pengajaran sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang. Pengertian ini terkait dengan hal yang paling menonjol dari isi kurikulum, yaitu susunan bahan atau mata pelajaran yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan[5]. Kurikulum dari segi bahasa ini, digunakan bukan hanya untuk kegiatan pendidikan, melainkan untuk kegiatan lainnya. Dengan kata lain, bahwa setiap kegiatan dalam kehidupan ada kurikulumnya.

Pengerian kurikulum dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sisdiknas, pasai 1 Ayat 19, adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengertian kurukum ini dapat dijabarkan menjadi seperangkat rencana, pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, pengaturan yang digunakan, serta pedoman kegiatan pembelajaran[6].

Selanjutnya dijumpai juga pengertian kurikulum yang dikemukakan para ahli pendidikan, yang secara umum dapat dibedakan ke dalam pengertian sempit dan yang lebih luas. Salah satu pengertian kurikulum arti sempit, yaitu sebagaimana pengertian yang dinyatakan oleh Crow and Crow adalah rancangan pengejaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Pendapat ini diperkuat oleh Muhammad Ali Khalil yang menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar  lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan[7].

Adapun pengertian kurikulum secara modern atau luas adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh Ahmad Tafsir bahwasanya kurikulum tidak hanya sekedar berisi rencana pelajaran atau bidang studi, melainkan semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pengertian ini bertolak dari sesuatu yang aktual, nyata dan terjadi disekolah dalam proses belajar. Berbagai kegiatan siswa, baik yang dilakukan dalam maupun luar sekolah dapat memberikan pengalaman belajar atau dapat dianggap sebagai pengalam belajar. Dalam pandangan modern semua pengalaman belajar tersebut dapat dinamakan kurikulum[8].

Pengertian kurikulum baik secara tradisional maupun secara modern dijumpai dei dalam ajaran Islam, baik pada dataran normatif, maupun historis filosofis. Secara normatif, di dalam al-Qur‘an terdapat ayat-ayat yang menyuruh manusia agar mempelajari segala sesuatu baik yang bersifat tertulis, baik benda-benda yang ada di bumi, maupun benda-benda yang ada di langit, baik kehidupan manusia masa sekarang, masa silam dan masa yang akan datang. Demikian pula di dalam haditsnya Rasulullah menyuruh pengikutnya agar mempelajari ilmu yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. Adanya hal-hal yang sudah diajarkan Tuhan kepada manusia, dalam hubungannya dengan kurikulum sebagaimana tersebut di atas, dapat dipahami dari ayat-ayat al-Qur‘an di bawah ini:

وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

artinya:            Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!". (QS. al-Baqarah: 31)

 

عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

artinya: Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

(QS. al-Alaq: 5)

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

artinya:     Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman: 12)

 

Selanjutnya di dalam hadits Rasulullah, dijumpai keterangan sebagai berikut:

"Ajarilah anakmu sekalian tentang tiga perkara, yaitu mencintai Nabi-Nya, mencintai keluarganya, dan membaca al-Qur‘an, karena sesungguhnya orang-orang yang membaca (hafal) al-Qur‘an akan berada di bawah perlindungan Allah SWT pada hari yang tidak ada perlindungan lain kecuali perlindungan-Nya bersama para Nabi dan orang-orang yang dicintai-Nya," (HR. al-Dailami dari Ali)[9].

 

Selain dengan merujuk ayat-ayat al-Qur;an dan hadits Nabi yang bersifat normatif sebagaimana telah dituliskan di atas, penyusunan dan pembinaan kurikulum dalam pendidikan Islam, juga dapat merujuk pada pendapat para ulamaIslam tentang ilmu pengetahuan dan hukum mempelajarinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa pengertian kurikulum dari waktu ke waktu senantiasa mengalami perkembangan, yaitu dari pengertiannya yang lebih luas, canggih dan modern.

Dilihat dari rumusannya pendidikan Islam bisa dikatakan tergolong sederhana atau tradisional, karena yang dibicarakan hanya masalah ilmu pengetahuan atau ajaran yang akan diberikan. Namun dilihat dari segi ilmu yang akan diajarkannya serta tempat berlangsungnya pengajaran tersebut, dapat dikatakan amat luas, mendalam dan modern, karena bukan hanya mencakup ilmu agama saja, melainkan juga ilmu yang terkait dengan perkembangan intelektual, keterampilan, emosional, sosial dan lain sebagainya. AL-Qur‘an, as-Sunah, dan para ulama Islam dengan sangat jelas dan teliti telah membahas dan mengembangkan berbagai teori tentang ilmu pengetahuan, tujuan, manfaat, serta kaitannya dengan kegiatan pengajaran[10].

 

b.      Asas dan Ciri-Ciri Kurukulum Pendidikan Islam

Selain itu secara teoritis filosofis penyusunan sebuah kurikulum harus berdasarkan asas-asas dan orientasi tertentu. Asas-asas tersebut sebagaimana dinyatakan S. Nasution meliputi asa filosofis, sosio;ogis, organisatoris dan psikologis.

1)      Asas filosofis berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan

2)      Asas sosiologis berperan memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3)      Asas organisatoris berfungsi memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana pelajaran itu disusun, dan bagaimana penentuan dan urutan mata pelajaran.

4)      Asas psikologis berperan memberikan berbagai prinsip-prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya[11].

Selanjutnya dilihat dari segi peran dan orientasinya, kurikulum dapat dibagi ke dalam empat macam, yaitu kurikulum yang bercorak humanistik, rekonstruksi sosial, teknologis dan akademis. Adapun ciri-ciri kurikulum dalam pendidikan Islam adalah sebagaimana dinyatakan oleh Omar Muhammad as-Toumy al-Syaibani dalam Abudin Nata menyebutkan beberapa ciri kurikulum di bawah ini:

1)      Menonjolkan tujuan agam adan akhlak pada berbagai tujuannya, kandungannya, metode, alat, dan tekniknya bercorak agama.

2)      Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh. Di samping itu, ia juga luas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan bimbingan dan pengembanganterhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intektual, psikologis, sosial dan spiritual.

3)      Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang berguna  bagi pengembangan individual dan pengembangan sosial.

4)      Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik.

5)      Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik.

c.       Prinsip-Prinsip Kurukulum Pendidikan Islam

Salah  satu komponen pendidikan sebagai suatu sistem adalah materi. Materi pendidikan ialah semua bahan pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik dalam suatu sistem institusional pendidikan. Materi pendidikan ini lebih dikenal dengan istilah kurikulum. Sedangkan kurikulum menunjuk pada materi yang sebelumnya telah disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun prinsip-prinsip kurikulum menurut Hamdani dan Fuad adalah sebagai berikut[12]:

1)   Prinsip pertama

Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan, kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan hubungan yang berlaku dalam lembaga pendidikan harus berdasarkan agama Islam, keutamaan, cita-citanya yang tinggi, dan bertujuan untuk membina pribadi yang mungkin kemauan yang baik dan hati nurani yang selalu waspada.

2)   Prinsip kedua

Prinsip kedua adalah prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan dan kandungan kurukulum. Kalau tujuannya harus meliputi semua aspek pribadi pelajar, maka kandungannyapun harus meliputi semua yang berguna untuk membina pribadi pelajar yang berpadu dan membina akidah, akal dan jasmaninya.

3)   Prinsip ketiga

Prinsip ketiga adalah keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan kurikulum. Kalau perhatian pada aspek spiritual dan ilmu syariat lebih besar, maka aspek spiritual tidak boleh melampaui aspek penting yang lain dalam kehidupan, juga tidak boleh melampaui ilmu, seni dan kegiatan yang harus diadakan untuk individu dan masyarakat.

4)   Prinsip keempat

Prinsip keempat berkaitan dengan bakat, minat kemampuan, dan kebutuhan pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan sosial tempat pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran pengalaman dan sikapnya.

5)   Prinsip kelima

Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan individual antara pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga pemeliharaan perbedaan dan kelainan di antara alam sekitar dan masyarakat.

6)   Prinsip keenam

Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan Islam yang menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip, dasar kurikulum, metode mengajar pendidikan Islam mencele sifat meniru secara membabi buta ataupun bertahan pada sesuatu yang kuno yang diwarisi dan mengikutinya tanpa diselididki.

7)   Prinsip ketujuh

Prinsip ketujuh adalah prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktiva yang terkandung dalam kurikulum.

Sedangkan Prof. H.M. Arifin menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang harus dipehatikan pada waktu menyusun kurukulum mencakup 4 macam yaitu:

1)   Kurikulum pendidikan yang sejalan dengan identitas Islami adalah kurikulum yang mengadung materi (bahan) ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi sebagai alat untuk tujuan hidup Islami

2)   Untuk berfungsi sebagai alat yang efektif mencapai tujuan tersebut, kurikulum harus mengandung tata nilai Islami yang intrinsik dan ekstrinsik mampu merealisasikan tujuan pendidikan Islam

3)   Kurikulum yang bercirikan Islam itu diproses melalui metode yang sesuai dengan nilai yang terkandung di dalam tujuan pendidikan Islam

4)   Antara kurikulum, metode dan tujuan pendidikan Islam harus saling berkaitan produk yang bercita-cita menurut ajaran Islam[13].

Dari uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pertimbangan-pertimbangan para ahli pendidikan Islam dalam menentukan atau memilih kurikulum adalah segi agama akhlak dan berikutnya adalah segi kebudayaan dan manfaat.

d.        Model Pendekatan- Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulun Pendidikan Islam

Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat 4 pendekatan dalam pengembangan kurikulum di antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik; pendekatan humanistik; pendekatan teknologi; dan pendekatan rekonstruksi sosial[14].

1)      Model Pengembangan Kurikulum melalui Pendekatan Subjek Akademis

Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Pendekatan subyek akademik dalam menyususn kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Tujuan kurikulum subyek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelititan.

2)      Model Pengembangan Kurikulum Melalui Pendekatan Humanistik

Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolah dari ide memanusiakan manusia. Penciptaan jkonteks yang memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengmbangan program pendidikan.
Kurikulum pada pendekatan ini mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:

a)    Partisipasi, kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam belajar. Kegiatan belajar adalah belajar bersama, melalui berbagai bentuk aktivitas kelompok. Melalui vartisivasi kegiatan bersama, murid-murid dapat mengadakan perundingan, persetujuan, pertukaran kemampuan, bertanggung jawab bersama, dan lain-lain. Ini menunjukkan cirri yang non- otoriter.

b)   Intergrasi, melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasidari pemikiran, dan juga tindakan.

c)    Relevansi, isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat dan kebutuhan muridkarena diambil dari dunia murid oleh murid sendiri.

d)   Pribadi anak, pendidikan ini memberikan tempat utama pada pribadian anak.

e)    Tujuan, pendidikan ini bertujuan pengembangan pribadi yang utuh, yang serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.

3)      Model Pengembangan Kurikulum Melalui Pendekatan Teknologi

Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Dalam konteks kurilukulum model teknologi, teknologi pendidikan mempunyai dua aspek, yakni hardware berupa alat benda keras seperti proyektor, TV, LCD, radio dan sebagainya. Adapun software berupa teknik penyusunan kurikulum, baik secara makro atau mikro.

Teknologi yang diharapkan adakalanya berupa PPSI atau prosedur pengembangan sistemintruksional, pelajaran berprogram dan modul. Pada segala kebijakan yang bersifat teknis-praktis, Islam memberikan otonomi bagi penyelenggara pendidikan seluas-luanya, termasuk mengadopsi alat yang lain. Bentuk dan model yang dapat digunakan, selama memiliki nilai maslahah, maka bentuk dan model itu dapat digunakan[15].

4)      Model Pengembangan Kurikulum Melalui pendekatan Rekonstruksi Sosial

Pendekatan Rekonstruksi Sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukkan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum rekonstruksi sosial disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar.

Pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahawa manusia adalah sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain, selain hidup bersama, berinteraksi dan bekerja sama. Isi pendidikan terdiri atas problem-problem aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau pengalaman belajar peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antar peserta didik, peserta didik dengan guru/dosen dengan sumber-sumber belajar yang lain. Karena itu, dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan PAI bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat sebagai isi PAI, sedang proses atau pengalaman belajar peserta didik adalah dengan cara memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooparatif dan kolaboratif, berupaya mencari pemecahan terhadap problem tersebut menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.

5)      Model Pengembangan Kurikulum Melalui Proses Kognitif

Kurikulum ini bertujuan mengembangkan kemampuan mental, antara lain berfikir dan berkeyakinan bahwa kemampuan tersebut dapat ditransfer atau diterapkan pada bidang-bidang lain. Model ini berpijak pada psikologis kognitif, yang konsepnya berpijak pada kekuatan pikiran[16].

e.         Komponen-Komponen yang Perlu dipertimbangkan dalam Pengembangan Kurikulum.

Dalam pengertian luas tersebut, kepala sekolah/madrasah perlu memahami dan mengkritisi komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum, dalam arti perlunya menggali secara terus-menerus pertanyaan mendasar serta berusaha mencari alternatif jawabannya mengenali hal-hal yang terkandung dalam masing-masing komponen sebagaimana skema berikut[17]:

 

Keterangan:

1.      Komponen Dasar

a)    Dasar-dasar filosofik, sosiologik, kultural, psikologik

b)   Orientasi pendidikan

c)    Tujuan Pendidikan

d)   Prinsip-prinsip kurikulum yang dianut

e)    Fungsi Kurikulum

2.      Komponen Pendidik

a)      Kode etik pendidik/guru

b)      Kualifikasinya

c)      Pengembangan tenaga pendidik, seperti pendidikan prajabatan dan inservice training, penataran dan sebagainya.

d)     Placemene

e)      Imbakan dan kesejahteraan, dan sebagainya.

3.      komponen Materi

a)      Jenis materi

b)      Ruang lingkup materi

c)      Klasifikasi materi

d)     Urutan sistematikanya atau sekuensinya

e)      Sumber acuannya

4.      Komponen Penjenjangan

a)      Gradede or non-graded system

b)      Tahun penjenjangan

c)      Terminasi

d)     Sistem sks atau paket

e)      Penjurusan

5.      Komponen Sistem Penyampaian (delivery system)

a)      Strategi dan pendekatannya

b)      Metode pengajarannya

c)      Pengaturan kelas

d)     Pemanfaatan media pendidikan

6.      Sistem Evaluasi

a)      Konsep dasar tentang kriteria keberhasilan

b)      Sistem penilaian

c)      Macam evaluasinya

d)     Masalah test atau bentuknya

e)      Inspeksi/pengawasan

7.      Komponen Peserta Didik

a)      Persyaratan masukan

b)      Kualitas peserta didik yang diharapkan

c)      Kuantitas peserta didik

d)     Latar belakang peserta didik: pendidikannya, sosialnya, budayanya, agamanya, pengalaman hidupnya, potensi, minat, bakat dan intelegensinya.

8.      Komponen Proses Pelaksanaan

a)      Pola belajar-mengajarnya: presentasi, independent study, interaksi (Kemp, 1997); atau expository approach, inquiry approach (Gerlach & Elly, 1971)

b)      Intensitas dan frekuensinya

c)      Model interaksi pendidik-peserta didik, dan atau antar peserta didik di dalam dan di luar kegiatan tatap muka di kelas, seperti interaksi di waktu istirahat, kegiatan kepramnukaan dan sebagainya.

d)     Pengelolaan kelas dan penciptaan suasana betah disekolah.

9.      Komponen Keluaran/Output (tindak lanjut)

a)      Kualitas output atau keluaran yang berhasil

b)      Organisasi alumni sebagai media pendidikan lanjut antara pendidik dan peserta didik, serta sebagai media pemantauan terhadap hasil pendidikannya di masyarakat, sehingga bisa digunakan untuk evaluasi kurikulum

c)      Bimbingan lanjut melalui bulletin atau majalah dan sebagainya

d)     Reuni dan sebagainya

10.  Komponen Organisasi Kurikulum

a)      Sentralisasi atau desentralisasi

b)      Pola organisasi kurikulumnya

c)      Real curriculum, hidden curriculum, open-ended curriculum dan lain-lain.

d)     Kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler dan eksatra kurikuler.

 

11.  Komponen Bimbingan dan Penyuluhan

a)      Strategi pendekatannya; tradisional, development atau neo tradisional

b)      Jenis dan program layanan BP: Jabatan, karir, perkawinan dan sebagainya

c)      Pengorganisasiannya

d)     Proses layanan, termasuk di dalamnya teknik BP.

12.  Administrasi Sekolah

a)      Manajemen kelembagaannya

b)      Manajemen ketengaannya

c)      Manajemen hubungan dengan orang tua siswa dan masyarakat

d)     Katatausahaan sekolah

e)      Manajemen sistem informasi

13.  Komponen Sarana dan Prasarana

a)      Buku teks

b)      Perpustakaan

c)      Laboratorium

d)     Perlengkapan sekolah

e)      Media pendidikan atau pengajaran

f)       Gedung sekolah

14.  Komponen Usaha Pengemabangan

a)      Adanya evaluasi dan inovasi kurikulum

b)      Adanya penelitian

c)      Perencanaan pengembangan jangka pendek, menengah dan panjang

d)     Seminar, diskusi, simposium, lokakarya dan sebagainya

e)      Penerbitan

f)       Peranan dan partisipasi BP-3

g)      Kerjasama dengan lembaga-lembaga lain di dalam dan di luar negeri.

15.  Komponen Biaya Pendidikan

a)      Sumber biaya dan alokasinya

b)      Perencanaan penggunaan biaya pendidikan

c)      Sistem pertanggungjawaban keuangan dan pengawasannya

16.  Komponen Lingkungan

a)      Suasana kelas (fisik dan non fisik)

b)      Suasana sekolah (fisik dan non fisik)

c)      Suasana di sekitar sekolah

d)     Suasana di daerah setempat (lokal), regional, suasana nasional dan global.

 

2.  Desain Pengembangan Kurikulum Model Makro

Yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana pembuatan kurikulum akan berjalan. Sedangkan Bondi dan Wiles mengemukakan babwa pengembangan kurikulum yang terbaik adalah proses yang meliputi banyak hal yakni : (1) kemudahan-kemudahan suatu analisis tujuan, (2) rancangan suatu program, (3) penerapan serangkaian pengalaman yang berhubungan, dan (4) peralatan dalam evaluasi proses ini. Secara singkat, pengembangan kurikulum adalah suatu perbuatan kompleks yang mencakup berbagai jenis keputusan. Pengembangan kurikulum terbagi dua, ada pengembangan model makro dan ada juga pengembangan model mikro, akan tetapi dalam peuyusunan paper ini, yang akan diuraikan secara singkat adalah pengembangan kurikulum model Makro.

Pengembangan kurikulum model makro mempunnyai cakupan yang luas bukan hanya di tingkat guru, analisis kebutuhan masalah pendidikan akan tetapi sampai pada tingkat nasional. Di antaranya model sistematik yang dikembangkan oleh Romizowsky, model transmisi oleh Gagne & Briggs dan model tyler dan Blank tentang kompetensi[18].

a.      Desain Model Romizowsky

Dalam buku Oemar Hamalik (2002:68) model sistematik menerapkan salah satu penerapan pendekatan sistem (system approach). Model sistematik dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum pendidikan, desain pembelajaran, dan desain program pelatihan. Pengembangan kurikulum model sistematik yang dikembangkan oleh Romizowsky dilakukan melalui 14 langkah, sebagaimana dalam bagan di bawah ini[19].

 

3.    Analisis Desain Model Romizowsky

1)      Identifikasi tugas-tugas

kegiatan merancang suatu program harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntunan suatu pekerjaan. Untuk itu perlu dibuat suatu job description  secara cermat dan lengkap. Berdasarkan tuntunan pekerjaan itu selanjutnya ditentukan peranan-peranan yang harus dilaksanakan sehubungan dengan job tersebut, yang menjadi titik tolak untuk menentukan tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh lulusan.

2)      Analisis tugas

tugas-tugas yang telah ditetapkan secara dimensional dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih rinci, sehingga menjadi dimensi tugas dijabarkan sedemikian rupa yang mencerminkan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh lulusan.

3)      Menetapkan kemampuan

Setiap tugas menuntut kemampuan tertentu. Setiap kemampuan hendaknya didasarkan pada kriteria kognitif, afektif dan performance, serta produktif dan eksploratoris. Kemampuan-kemampuan yang diharapkan itu harus relevan dengan tubntutan kerja yang telah ditentukan.

4)      Spesifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap

Setiap kemampuan yang perlu dimiliki, dirinci menjadi pengetahuan apa, sikap-sikap apa dan keterampilan-keterampilan apa yang perlu dimiliki oleh setiap lulusan.

5)      Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan

langkah ini merupakan analisis kebutuhan pendidikan atau latihan. Artinya jenis-jenis pendidikan yang perlu disediakan dalam rangka mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah ditetapkan seperti kegiatan belajar teoritik dan praktik latihan lapangan.

6)      Perumusan tujuan kompetensi

Tujuan-tujuan program ini masih bersifat umum. Karena itu perlu dijabarkan menjadi tujuan kurikulum dan tujuan instruksional umum. Tujuan tersebut harus koheren dengan kompetensi yang hendak dikembangkan.

7)      Kriteris keberhasilan program

Kriteria keberhasilan program adalah indikator keberhasilan suatu program. Keberhasilan ditandai dengan ketercapaian tujuan kemampuan yang diharapkan. Ketercapaian tujuan program dibuktikan jika lulusan dapat menunjukkan kemampuan melaksanakan tugas yang telah ditentukan.

8)      Organisasi sumber-sumber belajar

Langkah ini menekankan pada materi pelajaran yang akan disampaikan sehubungan dengan pencapaian tujuan kemampuan yang tealah ditentukan. Kemampuan ini juga berisikan sumber materi dan objek masyarakat yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi.

 9)      Pemilihan strategi pembelajaran

Pada langkah ini ditentukan strategi dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kompetensi. Perlu dirancang secara seksamakegiatan-kegiatan belajar dan mengajar yang terpilih dan cocok dengan pencapaian tujuan yang tealah dirumuskan.

10)  Uji coba program

Uji coba program yang telah didesain dimaksudkan untuk melihat terlaksananya program-program. Desai uji coba secara sistematik dapat dinilai sejauhmana kemungkinan keberhasilan, jenis kesulitan yang pada gilirannya memberika informasi bailik untuk perbaikan program.

11)  Pengukuran rehabilitasi program

Pengukuran sejalan dengan pelaksanaan uji coba program di lapangan. berdasarkan pengukuran itu dapat dicek sejauh mana efektifitas program. validitas dan rehabilitas alat ukur dan efektifitas sistem informasi pengukuran yang digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan dan penyesuaian program.

12)  Pelaksanaan program

Pada tingkat ini perlu dirancang dan dianalisis langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam upaya pelasanaan program. Langkah ini berdasarkan asumsi, bahwa rancangan program yang telah didesain secara cermat dan telah mengalami uji serta perbaikan dapat dipublikasikan dan dilaksanakan dalam sampel yang lebih luas.

13)  Monitoring program

Sepanjang pelaksanaan program perlu diadakan monitoring secara berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program. Kegiatan monitoring hendaknya di desai secara cermat. Mungkin selama pelaksanaan masih terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki dan diadaptasikan. Dengan demikian pada akhirnya diperoleh suatu program yang sinkron sesuai dengan kebutuhan lapangan dan diadaptasikan dengan lingkungan rohani.

14)  Perbaikan dan penyesuaian

langkah ini merupakan tindak lanjut setelah pelaksanaan uji coba dan pengukuran. perbaikan dan penyesuaian perlu dilaksanakan untuk menjamin konsistensi dan koherensi serta monitoring sistem. Selanjunya memberikan umpan balik kepada organisasi sumber-sumber, strategi pengajaran, dan motivasi belajar siswa.

 

f.       METODOLOGI

Adapun metodologi yang digunakanl dalam penyusunan paper ini adalah metode kajian pustaka yang diambil dari literatur seperti buku dan karya ilmiah.

 

C.    SIMPULAN

Pengembangan kurikulum pada saat ini senantiasa berjalan dan berkembang sesuai dengan konteks atau sutu teori. Sedangkan Bondi dan Wiles mengemukakan babwa pengembangan kurikulum yang terbaik adalah proses yang meliputi banyak hal yakni : (1) kemudahan-kemudahan suatu analisis tujuan, (2) rancangan suatu program, (3) penerapan serangkaian pengalaman yang berhubungan, dan (4) peralatan dalam evaluasi proses ini. Secara singkat, pengembangan kurikulum adalah suatu perbuatan kompleks yang mencakup berbagai jenis keputusan.

Salah satu pengembangan dari kurikulum tersebut yaitu sebagaimana telah diuraikan di atas, seperti pengembangan kurikulum desain model makro yang dikembangkan oleh Romizowsky. Model ini sangat bisa diterapkan dalam pendidikan Islam. adapun hasil analisis dari desain pengembangan model ini yaitu terdiri sistem yang berurutan yaitu :

1.      Komponen Dasar

2.      Komponen Pendidik

3.      komponen Materi

4.      Komponen Penjenjangan

5.      Komponen Sistem Penyampaian (delivery system)

6.      Sistem Evaluasi

7.      Komponen Peserta Didik

8.      Komponen Proses Pelaksanaan

9.      Komponen Keluaran/Output (tindak lanjut)

10.  Komponen Organisasi Kurikulum

11.  Komponen Bimbingan dan Penyuluhan

12.  Administrasi Sekolah

13.  Komponen Sarana dan Prasarana

14.  Komponen Usaha Pengemabangan

15.  Komponen Biaya Pendidikan

16.  Komponen Lingkungan

 

DAFTAR PUSTAKA

 Al-Attas, M. Naquib. 1998. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, Bandung: Mizan.

Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. A 2007. Filsafat Pendidikan Islam, CV Pustaka Bandung: Setia.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2005, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Pelajar.

________. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Malang: Rajawali Press.

Mujid, Abdul dan Mudzakkir, Jusuf. 2006. Ilmu Pendidikan Islam,  Jakarta: Kencana Prenada Media.

Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Media Group.

Raharjo, Rahmat. 2012. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Membangun Generasi Cerdas dan Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa, Yogyakarta: Baituna Publishing.

http://rozidasman.blogspot.com/2012/11/analisis-evaluatif-pelaksanaan.html. diakses 15/02/2013 pukul 11.29 WIB

Hadits Web, Kimpulan dan Himpunan Belajar Hadits di http:/ /opi.110mb.com/

 

 

Oleh:

Yelis Nur Wahidah

yeliz_noer1h@yahoo.com

 

[1] M. Naquib al-Attas. 1998. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, (Mizan: Bandung), hal 255

[2] Nasution dalam Rahmat Raharjo. 2012. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Membangun Generasi Cerdas dan Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa, (Baituna Publishing: Yogyakarta), hal 16-17.

[3] http://rozidasman.blogspot.com/2012/11/analisis-evaluatif-pelaksanaan.html. diakses 15/02/2013 pukul 11.29 WIB

[4] Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan. 2007. Filsafat Pendidikan Islam, (CV Pustaka Setia: Bandung), hal 131

[5] Abudin Nata, 2010. Ilmu Pendidikan Islam, (Kencana Media Group: Jakarta), hal 121

[6] Rahmat Raharjo. 2012. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Membangun Generasi Cerdas dan Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa, (Baituna Publishing: Yogyakarta), hal 18.

[7] Abudin Nata.,..... hal.122.

[8] Ibid., hal. 124.

[9] Hadits Web, Kimpulan dan Himpunan Belajar Hadits di http:/ /opi.110mb.com/

[10] Abudin Nata, 2010. Ilmu Pendidikan Islam, (Kencana Media Group: Jakarta), hal 129

[11] ibid., 177.

[12] ibid., 180-181

[13] Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan. 2007. Filsafat Pendidikan Islam, (CV Pustaka Setia: Bandung), hal 135-136

[14] Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. (Malang: Rajawali Press) hal 149

[15] Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media) hal. 147-148.

[16] Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media) hal. 147-148

[17] Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Pustaka Pelajar: Surabaya) hal 183

[18] Abdul Majid dan Dian Andayani. 2005, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung) hal 19

[19] Ibid.,


0 Komentar

Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!

JURNAL LAINNYA

Kirim pertanyaan, saran, dan masukan anda kepada kami