Detail Publikasi Jurnal

0 komentar
REVOLUSI KURIKULUM SMK
blog
Keterangan & diskripsi gambar

Mendikbud Anis Baswedan, menegaskan  bahwa   implementasi Kurikulum 2013 adalah menghentikan sementara, bukan membatalkannya (Kr 14/12/2014).
Bagi sekolah yang mempunyai kapasitas terbatas  menyambut baik dengan kebijakan tersebut, tetapi banyak juga  sekolah yang  siap untuk melaksanakan kurikulum 2013, termasuk di DIY yang telah disampaikan Kepala Dinas Dikpora DIY beberapa waktu lalu. Berkaitan dengan hal itu, penulis ingin mengingatkan kembali tentang prinsip-prinsip kurikulum disusun, terutama  kurikulum SMK. Setidaknya ada 5 prinsip dalam mengembangkan kurikulum SMK, diantaranya:

1). Relevansi; dimana tujuan, isi, dan proses yang dikembangkan dalam kurikulum SMK sesuai dengan  kebutuhan  masyarakat dunia usaha/industri.  Kompetensi  yang dikembangkan sekolah  merupakan rujukan dari kompetensi keahlian yang dibutuhkan industri, sehingga  lulusannya sesuai dengan  dunia kerja.
2). Fleksibel, yaitu kurikulum yang dikembangkan bersifat luwes, lentur, longgar. Kemajuan teknologi yang berkembang di dunia usaha/industri “selalu” lebih maju dari keadaan yang ada di sekolah. Untuk mengakomodasi hal tersebut, maka fleksibelitas kurikulum   harus dapat disesuaikan dengan perkembangan di dunia usaha/industry. Di lain sisi, kurikulum itu   dapat diadaptasikan dengan keadaan daerah masing-masing, mengingat kemampuan dan potensi daerah di Indonesia berbeda-beda.
3). Kontinuitas, dimana perkembangan dan proses pembelajaran anak secara berurutan, kompetensi keahlian SMK berkesinambungan antara jenjang kompetensi pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Hal ini penting, untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian kompetensi anak.
4). Sederhana, kurikulum disusun tidak rumit, sehingga tidak memerlukan dokumen phisik yang banyak, tetapi memenuhi seluruh aspek isi, tujuan dan proses. Karena dokumennya sederhana, sehingga mudah dipahami dan  mudah dilaksanakan. Sebaik dan selengkap apapun kurikulum dibuat, tetapi sulit untuk dilaksanakan maka kurikulum tersebut tidak bermakna apa-apa.
5). Evektif, dimana pesan-pesan tujuan dari pendidikan yang tertuang dalam kurikulum tercapai dengan biaya murah, tepat waktu, tepat sasaran  secara kualitas maupun kuantitas.
 

 Antara Kurikulum SMK dengan Keistimewaan Yogyakarta
Puluhan kompetensi keahlian  yang ada di SMK  DIY, bahkan ratusan keahlian secara nasional, dapat mendukung keberadaan  DIY dengan keistimewaannya. Keahlian tata boga, dapat mengelola dan mengembangkan makanan tradisional di DIY (gudeg, jadah tempe, gaplek gatot tiwul, bakpia dll). Keahlian tata busana dapat mengembangkan busana tradisional maupun modern, keahlian teknik sipil dapat mengembangkan bangunan/phisik yang ada di DIY yang mempunyai identitas istimewa,  keahlian seni untuk pengembangan budaya local maupun internasional, keahlian pariwisata untuk mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata, serta puluhan keahlian lainnya.
Pendidikan karakter
Sejak dulu, SMK sudah mempunyai karakter yang berbeda dengan jenjang pendidikan lainnya, yaitu lulusannya diprioritaskan untuk kerja. Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,  dan evaluasi pembelajaran,  kurikulum SMK  didesain bagaimana agar lulusannya bisa kerja atau bahkan menciptakan pekerjaan. Untuk itu materi pembelajarannya mestinya tidak perlu rumit-rumit, tetapi bagaimana agar kompetensi keahlian yang ditawarkan SMK sesuai dengan permintaan di dunia usaha/industry. Bertitik tolak dengan hal tersebut, sebetulnya pendekatan Presiden Jokowi adalah yang dikembangkan di SMK selama ini yaitu “kerja, kerja, dan kerja”, tetapi kerja yang berbudaya. Dulu ada program “SMK BISA” , mestinya sekarangpun SMK harus lebih bisa, karena ada dukungan penuh dari Pemerintahan Jokowi, tetapi “mobil Esemka” yang diusung oleh Walikota Solo dulu (Jokowi) kenapa terkesan stagnan?
Kurikulum 2013
Keputusan Mendikbud  menghentikan sementara kurikulum 2013 patut diapresiasi, kenyataannya tingkat kesiapan masyarakat untuk mensupport keterlaksanaannya masih bervariasi. Kurikulum sekolah bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi justru orangtua peserta didik mempunyai peran yang lebih berat terutama di jenjang pendidikan dasar. Orangtua harus belajar dulu, harus bisa mengoperasikan laptop/computer/internet sebelum mendampingi anaknya ketika belajar di rumah. Tidak semua orangtua punya dan bisa melaksanakan itu. Tingkat kesesuaian kompetensi keahlian  SMK Kurikulum 2013 dengan industry diakui lebih baik, tetapi evaluasinya  “terlalu rumit”. Guru SMK disibukkan dengan evaluasi, dilakukan mulai dari proses sampai kepada produk/hasil, yang meliputi afektif, kognitif dan keterampilan. Guru SMK gak ada waktu lagi untuk ngajari praktik mengelas, membatik, memasak, dll.  Padahal praktik itu identic dengan “kerja” justru yang menjadi “ruhnya” SMK.


Penulis : Drs. Mulyo Santosa, M Pd
Mantan Kepala Seksi Kurikulum SMK Dinas Pendidikan Prov. DIY (2003 s.d. 2009), Kepala Seksi Diklat Teknis di Badan Diklat Prov DIY (2010), Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD DIY (2011 s.d. sekarang) 


0 Komentar

Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!

JURNAL LAINNYA

Kirim pertanyaan, saran, dan masukan anda kepada kami